Jumat, 14 Agustus 2009

Kontroversi Punk dan Ideologinya

Punk...., sebagai remaja kita pasti sering mendengar kata itu. sub budaya yang lahir di London, Inggris ini merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan “We can do it ourselves” Kesan anti kemapanan tercermin dari gaya berpakaian mereka. Sayangnya saya sering membaca di website ataupun blog, masih banyak yang mencemooh atau bahkan menghujat eksistensi anak punk yang dianggap sebagai kaum perusuh dan ada juga yang mengatakan ideologi yang mereka usung adalah ideologi Yahudi. Padahal kita tidak tahu siapa mereka dan bagaimana mereka sebenarnya. Apakah memang sekelompok orang yang memang tak peduli apapun, pembuat onar dan kaum pinggiran, atau sekelompok orang yang hanya anti kemapanan dan otoritas.

Idealisme
Craig O’Hara dalam bukunya “Philosophy of Punk” menyebut tiga definisi punk. Pertama adalah sebagai tren dalam fashion dan musik Kedua, sebagai keberanian memberontak dan melakukan perubahan. Terakhir, sebagai bentuk perlawanan hebat, karena menciptakan musik, gaya hidup, komunitas, dan kebudayaan sendiri.
Di setiap tempat, sepak terjang kaum punk mampu menjelma menjadi sebuah gaya hidup yang konsisten melawan pemaksaan ide maupun budaya oleh para kapitalis maupun negara. Mereka sangat menentang otoritas.

Punk-Jews Ideology?
Adalah dua nama Tamas Erdelyi yang lebih dikenal Tommy Ramone dan Richard Blum yang juga punya nama lain Handsome Dick Manitoba. Keduanya sangat terkenal di jagat musik punk, dan para penggemarnya dianggap “berdosa” besar jika tidak mengetahui mereka berdua. Pasalnya, Ramone dan Manitoba adalah pencipta dan peletak dasar musik yang banyak digandrungi anak muda itu. Dan keduanya adalah Yahudi.
Musik punk sejak lahir diklaim sebagai musik anti-kemapanan.dan pada saat itu, seperti yang kita ketahui, Yahudi berada dalam situasi yang tidak mengenakkan, karena banyak dibenci oleh banyak orang. Punk sangat tidak biasa, dan ini karena banyak pencetusnya berkeyakinan Yahudi.
Tapi apa hanya dengan dasar itu kita bisa mengatakan bahwa ideology punk hanya digunakan oleh kaum yahudi?
Manitoba mengatakan, “Kami membuat musik punk hanya untuk senang-senang, dan sama sekali tak ada moralitas universal di dalamnya.”

Punk Indonesia
Komunitas punk bisa dikatakan berkembang di Indonesia. Komunitas punk ini juga berkembang dari para kelas menengah, karena akses informasi dengan mudah didapatkan disana. Kemudian berkembang ke kelas menengah ke bawah karena di sanalah banyak dari mereka yang tertindas oleh kemajuan zaman. Pada awal masuk ke Indonesia, komunitas punk memplesetkan perkataan "punk" itu sendiri dengan kepanjangan "Pemuda Urakan nan Kreatif". Konsep inilah yang membuat punk bisa bertahan. Banyak sekali proses kreatif yang mereka lakukan. Banyak dari anak-anak punk yang menulis buku dan melukis bahkan membuat komunitas studi.
Banyak sekali kontribusi lain yang diberikan seperti membersihkan kali atau musholla yang rutin mereka lakukan bahkan di Yogyakarta kelompok Taring Padi memberikan pelajaran bahasa Inggris, les gambar dan membuka perpustakaan umum dengan tujuan mendekatkan komunitas punk dengan masyarakat.

Punk in Action
Ada sebuah fenomena baru di kalangan anak-anak punk. Yaitu, mengaji bersama punk. Mereka mengeindetitaskan pengajian komunitas underground itu dengan sebutan Punk Moslem. Adalah Ahmad Zaki, menyisihkan waktunya untuk mengasuh anak-anak punk belajar membaca Al Qur’an. Zaki, menaruh harapan besar, generasi muda ini kelak menjadi agen perubahan untuk menularkan kebaikan kepada rekan-rekan sesama anak-anak punk.
Komunitas Punk Moeslem rupanya mulai banyak jaringannya. Ada komunitas Punk di Tangerang yang melakukan kegiatan islami juga. Shalat Jumat, misalnya, khotibnya pun dari komunitas mereka sendiri, gayanya metal abis. Termasuk jamaahnya.
Setelah ngeband, anak-anak punk merasa ada sesuatu yang kosong. Lalu dibuatlah pengajian rutin. Setiap malam Jumat, diadakan taklim, bentuknya seperti mentoring. Sedangkan Selasa malam, belajar tahsin. Mulanya hanya lima anak yang ngaji, kemudian berkembang menjadi 20 orang, laki-laki dan perempuan. Kini, mengaji bagi mereka adalah sebuah kebutuhan.
Awalnya mereka ada yang atheis. Sampai-sampai ada yang guyon, ah..gue mau masuk Islam atau Kristen dulu. Karena bagi mereka, agama bukanlah sesuatu yang sakral. Kalau pas ngamen, cuma dapat Rp. 300, diantara mereka ada yang teriak: “Allah Maha Pelit”. Setelah dibina, anak itu meyakini Allah itu tidak pelit. Tak ada jalan lain, cara membina mereka adalah dengan cara mendoktrin


Oooooo… jadi kita bisa menjadi seorang punk dong!!!!
Eitsssss…. nanti dulu…., jangan terlalu cepat mengambil keputusan…..

Bicara tentang kebebasan yang diusung anak-anak punk memang indah. Tidak ada larangan, paksaan apalagi aturang yang harus dipatuhi. Tapi sayang, kebebasan seperti itu hanya ada di utopia. Sekeras apapun kita menuntut kebebasan, pada akhirnya kita akan menyadari kenyataannya semua ada batasnya.
Kita bisa acungi dua jempol untuk para remaja yang sadar dan merdeka dari para idola yang mengendalikan perilaku kita, para kapitalis yang membobol dompet kita, atau kebijakan negara yang membuat sengsara. Seperti idealisme para anak punk. Tapi jika merdeka dari aturan agama terutama Islam, sabar dulu….!!!!
Kita memang punya pilihan untuk tidak shalat, tidak puasa Ramadhan, acuh dengan dakwah, berlomba-lomba mengumbar aurat, atau menjadi pemuja hawa nafsu. Tapi itu bukan pilihan yang baik mengingat hidup kita juga ada batasnya. Kesempatan kita untuk bertobat juga ada batasnya. Percaya atau tidak, akan ada kehidupan lain di akhirat setelah kita meninggal dunia. Tempat kita mempertanggung-jawabkan setiap perbuatan kita selama di dunia. Ini berlaku untuk semua: muslim or non muslim. Tentu, termasuk di antara yang beriman dan kafir itu ada yang memilih punker, maupun non-punker sebagai gaya hidupnya.
Sebagai seorang muslim, ketaatan terhadap aturan hidup Islam bukan rantai besi yang menggembok hidup kita, tapi justru yang membebaskan kita dari perbudakan hawa nafsu dan materi. Ketaatan ini yang akan menyelamatkan kita dunia-akhirat. Dan sewajarnya ketaatan ini juga yang membatasi kebebasan kita dalam berbuat atau berpendapat. Tidak hanya asal bergaya dan berjuang.
Sobat, sebebas apapun kita, Pastinya kita juga harus siap menyambut kedatangan malaikat izrail kan? Dan siapkah kita mati esok, satu jam lagi, tau lima menit lagi?

Nah, maka dari itu, kita tidak boleh serta merta hanya menghujat para punkers atapun mengikuti gaya mereka. Harus ada dasarnya dong. Daripada hanya mencemooh ataupun menghujat, lebih baik kita introspeksi diri, apakah yang kita kerjakan itu sudah benar? Atau bahkan lebih baik lagi, kita bisa seperti Ahmad Zaki yang berani berdakwah di kalangan anak punk tanpa menghujat mereka. Istilahnya “Talk Less Do More” lah… Tapi kita juga harus berfikir dua kali untuk menjadi seorang punk. Punk yang seperti apa dulu lah. Kalau hanya mengikuti Ideologi mereka yang benci kapitalis dan otoritas, masih oke. Tapi kalau hanya ikut-ikutan atau bergaya ala para punk pikir sejuta kali deh! Percuma juga kalau hanya gaya doang yang punk, tapi masih terobsesi dengan artis sinetron pujaan.


Sid Villain….(Wahida Nurul S…)

Kontroversi Punk & Ideologinya

Punk...., sebagai remaja kita pasti sering mendengar kata itu. sub budaya yang lahir di London, Inggris ini merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan “We can do it ourselves” Kesan anti kemapanan tercermin dari gaya berpakaian mereka. Sayangnya saya sering membaca di website ataupun blog, masih banyak yang mencemooh atau bahkan menghujat eksistensi anak punk yang dianggap sebagai kaum perusuh dan ada juga yang mengatakan ideologi yang mereka usung adalah ideologi Yahudi. Padahal kita tidak tahu siapa mereka dan bagaimana mereka sebenarnya. Apakah memang sekelompok orang yang memang tak peduli apapun, pembuat onar dan kaum pinggiran, atau sekelompok orang yang hanya anti kemapanan dan otoritas.


Idealisme

Craig O’Hara dalam bukunya “Philosophy of Punk” menyebut tiga definisi punk. Pertama adalah sebagai tren dalam fashion dan musik Kedua, sebagai keberanian memberontak dan melakukan perubahan. Terakhir, sebagai bentuk perlawanan hebat, karena menciptakan musik, gaya hidup, komunitas, dan kebudayaan sendiri.

Di setiap tempat, sepak terjang kaum punk mampu menjelma menjadi sebuah gaya hidup yang konsisten melawan pemaksaan ide maupun budaya oleh para kapitalis maupun negara. Mereka sangat menentang otoritas.


Punk-Jews Ideology?

Adalah dua nama Tamas Erdelyi yang lebih dikenal Tommy Ramone dan Richard Blum yang juga punya nama lain Handsome Dick Manitoba. Keduanya sangat terkenal di jagat musik punk, dan para penggemarnya dianggap “berdosa” besar jika tidak mengetahui mereka berdua. Pasalnya, Ramone dan Manitoba adalah pencipta dan peletak dasar musik yang banyak digandrungi anak muda itu. Dan keduanya adalah Yahudi.

Musik punk sejak lahir diklaim sebagai musik anti-kemapanan.dan pada saat itu, seperti yang kita ketahui, Yahudi berada dalam situasi yang tidak mengenakkan, karena banyak dibenci oleh banyak orang. Punk sangat tidak biasa, dan ini karena banyak pencetusnya berkeyakinan Yahudi.

Tapi apa hanya dengan dasar itu kita bisa mengatakan bahwa ideology punk hanya digunakan oleh kaum yahudi?

Manitoba mengatakan, “Kami membuat musik punk hanya untuk senang-senang, dan sama sekali tak ada moralitas universal di dalamnya.”


Punk Indonesia

Komunitas punk bisa dikatakan berkembang di Indonesia. Komunitas punk ini juga berkembang dari para kelas menengah, karena akses informasi dengan mudah didapatkan disana. Kemudian berkembang ke kelas menengah ke bawah karena di sanalah banyak dari mereka yang tertindas oleh kemajuan zaman. Pada awal masuk ke Indonesia, komunitas punk memplesetkan perkataan "punk" itu sendiri dengan kepanjangan "Pemuda Urakan nan Kreatif". Konsep inilah yang membuat punk bisa bertahan. Banyak sekali proses kreatif yang mereka lakukan. Banyak dari anak-anak punk yang menulis buku dan melukis bahkan membuat komunitas studi.

Banyak sekali kontribusi lain yang diberikan seperti membersihkan kali atau musholla yang rutin mereka lakukan bahkan di Yogyakarta kelompok Taring Padi memberikan pelajaran bahasa Inggris, les gambar dan membuka perpustakaan umum dengan tujuan mendekatkan komunitas punk dengan masyarakat.


Punk in Action

Ada sebuah fenomena baru di kalangan anak-anak punk. Yaitu, mengaji bersama punk. Mereka mengeindetitaskan pengajian komunitas underground itu dengan sebutan Punk Moslem. Adalah Ahmad Zaki, menyisihkan waktunya untuk mengasuh anak-anak punk belajar membaca Al Qur’an. Zaki, menaruh harapan besar, generasi muda ini kelak menjadi agen perubahan untuk menularkan kebaikan kepada rekan-rekan sesama anak-anak punk.

Komunitas Punk Moeslem rupanya mulai banyak jaringannya. Ada komunitas Punk di Tangerang yang melakukan kegiatan islami juga. Shalat Jumat, misalnya, khotibnya pun dari komunitas mereka sendiri, gayanya metal abis. Termasuk jamaahnya.

Setelah ngeband, anak-anak punk merasa ada sesuatu yang kosong. Lalu dibuatlah pengajian rutin. Setiap malam Jumat, diadakan taklim, bentuknya seperti mentoring. Sedangkan Selasa malam, belajar tahsin. Mulanya hanya lima anak yang ngaji, kemudian berkembang menjadi 20 orang, laki-laki dan perempuan. Kini, mengaji bagi mereka adalah sebuah kebutuhan.

Awalnya mereka ada yang atheis. Sampai-sampai ada yang guyon, ah..gue mau masuk Islam atau Kristen dulu. Karena bagi mereka, agama bukanlah sesuatu yang sakral. Kalau pas ngamen, cuma dapat Rp. 300, diantara mereka ada yang teriak: “Allah Maha Pelit”. Setelah dibina, anak itu meyakini Allah itu tidak pelit. Tak ada jalan lain, cara membina mereka adalah dengan cara mendoktrin



Oooooo… jadi kita bisa menjadi seorang punk dong!!!!

Eitsssss…. nanti dulu…., jangan terlalu cepat mengambil keputusan…..


Bicara tentang kebebasan yang diusung anak-anak punk memang indah. Tidak ada larangan, paksaan apalagi aturang yang harus dipatuhi. Tapi sayang, kebebasan seperti itu hanya ada di utopia. Sekeras apapun kita menuntut kebebasan, pada akhirnya kita akan menyadari kenyataannya semua ada batasnya.

Kita bisa acungi dua jempol untuk para remaja yang sadar dan merdeka dari para idola yang mengendalikan perilaku kita, para kapitalis yang membobol dompet kita, atau kebijakan negara yang membuat sengsara. Seperti idealisme para anak punk. Tapi jika merdeka dari aturan agama terutama Islam, sabar dulu….!!!!

Kita memang punya pilihan untuk tidak shalat, tidak puasa Ramadhan, acuh dengan dakwah, berlomba-lomba mengumbar aurat, atau menjadi pemuja hawa nafsu. Tapi itu bukan pilihan yang baik mengingat hidup kita juga ada batasnya. Kesempatan kita untuk bertobat juga ada batasnya. Percaya atau tidak, akan ada kehidupan lain di akhirat setelah kita meninggal dunia. Tempat kita mempertanggung-jawabkan setiap perbuatan kita selama di dunia. Ini berlaku untuk semua: muslim or non muslim. Tentu, termasuk di antara yang beriman dan kafir itu ada yang memilih punker, maupun non-punker sebagai gaya hidupnya.

Sebagai seorang muslim, ketaatan terhadap aturan hidup Islam bukan rantai besi yang menggembok hidup kita, tapi justru yang membebaskan kita dari perbudakan hawa nafsu dan materi. Ketaatan ini yang akan menyelamatkan kita dunia-akhirat. Dan sewajarnya ketaatan ini juga yang membatasi kebebasan kita dalam berbuat atau berpendapat. Tidak hanya asal bergaya dan berjuang.

Sobat, sebebas apapun kita, Pastinya kita juga harus siap menyambut kedatangan malaikat izrail kan? Dan siapkah kita mati esok, satu jam lagi, tau lima menit lagi?


Nah, maka dari itu, kita tidak boleh serta merta hanya menghujat para punkers atapun mengikuti gaya mereka. Harus ada dasarnya dong. Daripada hanya mencemooh ataupun menghujat, lebih baik kita introspeksi diri, apakah yang kita kerjakan itu sudah benar? Atau bahkan lebih baik lagi, kita bisa seperti Ahmad Zaki yang berani berdakwah di kalangan anak punk tanpa menghujat mereka. Istilahnya “Talk Less Do More” lah… Tapi kita juga harus berfikir dua kali untuk menjadi seorang punk. Punk yang seperti apa dulu lah. Kalau hanya mengikuti Ideologi mereka yang benci kapitalis dan otoritas, masih oke. Tapi kalau hanya ikut-ikutan atau bergaya ala para punk pikir sejuta kali deh! Percuma juga kalau hanya gaya doang yang punk, tapi masih terobsesi dengan artis sinetron pujaan.



Sid Villain….(Wahida Nurul S…)


Jumat, 07 Agustus 2009

Daftar Mentee SMA N 1 Purbalingga Kelas X

1 Andari Restiana X-2
2 Angkat Hesti P. X-2
3 Atika Nur Arfiani X-2
4 Evinta V.T. X-2
5 Fatma N.Y. X-2
6 Intan P.D. X-2
7 Mia Desi T.Y. X-2
8 Nurlatifah A X-2
9 Putri Kartika X-2
10 Ratna Daru X-2
11 Ayu H. X-3
12 Cindy P. X-3
13 Dina A.M. X-3
14 Izma Z. X-3
15 Melya M. X-3
16 Mustika X-3
17 Novi S.P. X-3
18 Nurwulan X-3
19 Rizkia S. X-3
20 Sinta K X-3
21 Sisca A. X-3
22 Sofiana X-3
23 Sulistya X-3
24 Ashifatul Madinah X-5
25 Bella Azaria X-5
26 Dede Fatmawati X-5
27 Destyaningrum R. X-5
28 Elma Mardelina X-5
29 Endah T. X-5
30 Herlambang F.W. X-5
31 Hyana Swargani X-5
32 Intan Ade Puspita X-5
33 Laza Nudia L. X-5
34 Lisa Irawati X-5
35 Meliana M.Y. X-5
36 Nanda Nur Aini X-5
37 Nifar Atsmarani X-5
38 Nuzulul Aciati X-5
39 Pipi Yustisia V. X-5
40 Uli Nuha X-5
41 Zeninda Anggi P. X-5
42 Agnes S X-6
43 Aisyah X-6
44 Amalia M. X-6
45 Apri Nurpangati S. X-6
46 Ayu Putri S. X-6
47 Ervina Dian M. X-6
48 Fatikhat Nur L. X-6
49 Intan Trimutia L. X-6
50 Laeli latif H X-6
51 Mewia R. X-6
52 Oktavesa T.K. X-6
53 Oktisa L.A. X-6
54 Risa Tri A. X-6
55 Ryzki Indah R. X-6
56 Selyana N. X-6
57 Syafira Fadilah X-6
58 Vicky Febriana X-6
59 Erima Rifqi A. X-7
60 Fullim Rakhmawati X-7
61 Iffah N.F. X-7
62 Qonita Hafidz M. X-7
63 Siti Kholidiatus X-7
64 Tertian Yusliana X-7
65 Tri Wijayanti X-7
66 Husna Nurdina X-9
67 Dwi Masnaning T. X-9
68 Vista Awaliyah X-9
69 Reni Liansari X-9
70 Arnaizda Dwi X-9
71 Hana Nur Pratiwi X-9
72 Ines Dwi K. X-9
73 Vina Annisa Diena X-9
74 Yaniar Rahmah X-9
75 Puspa Hilda Dwi X-9
76 Radianita Anggi S. X-9
77 Azzah Atika P. X-9
78 Retno Palupi X-9
79 Monika Dwi U X-9
80 Nur Issusilanigtyas X-9
81 Intan K. X-9
82 Puspa Nirmalawati X-9
83 Elma Sulistia X-9
84 Zulfa Mahmudah X-9
85 Rahmanitya R.S. X-10
86 Indah A.D. X-10
87 Ratna Novitasari X-10
88 Putri Utamy X-10
89 Amalia Faradila X-10
90 Nurul Khalidah X-10
91 Linda Anggraeni X-10
92 Apri Meli A. X-10